Pengertian
Transmisi Budaya
Pewarisan budaya dapat disamakan dengan istilah transmisi
kebudayaan. Transmisi budaya merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran
pesan dari generasi yang satu ke generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan dan sulit diubah. Cultural
transmission is the way a group of people or animals within a society or culture tend to learn and pass on
new information.
Transmisi budaya dinilai sebagai suatu usaha untuk
menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai
pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu
masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini
bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang
terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah
menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Transmisi kebudayaan merupakan salah satu fungsi komunikasi
yang paling luas. Dikatakan demikian karena, dalam proses pewarisan budaya kita
menggunakan bahasa dan cara-cara interaktif sebagai usaha untuk mentransfer
budaya dari satu generasi ke generasi lain. Dalam proses pewarisan budaya secara
tidak langsung terjadi interaksi sosial antar individu yang mungkin saja
membahas tentang ide-ide atau gagasan suatu budaya atau dapat saja memperkuat
kesepakatan norma-norma.
Bentuk-bentuk
transmisi budaya
·
Akulturasi
Akulturasi adalah proses pertukaran ataupun
pengaruh-mempengaruhi dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sifatnya,
sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diakomodasikan dan
dintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadiannya
sendiri (Koentjaraningrat,1990:91). Akulturasi sudah ada sejak dulu dalam
sejarah budaya manusia. Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung
dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan
yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang
asli dari kedua masyarakat bersangkutan.
Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang
dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Proses
akulturasi biasanya terjadi secara formal melalui pendidikan seseorang yang
tidak tahu, diberi tahu dan disadarkan akan keberadaan suatu budaya, dan
kemudian orang tersebut mengadopsi budaya tersebut; misalnya seseorang yang
baru pindah ke tempat baru, maka ia akan mempelajari bahasa, budaya, dan
kebiasaan dari masyarakat ditempat baru tersebut, lalu ia akan berbahasa dan
berbudaya, serta melakukan kebiasaan sebagaimana masyarakat itu.
·
Enkulturasi
Konsep ”enkulturasi” mengacu kepada suatu proses
pembelajaran kebudayaan (Soekanto, 1993:167). Proses pembudayaan enkulturasi
biasanya terjadi secara informal dalam keluarga, komunitas budaya suatu suku,
atau budaya suatu wilayah. Proses pembudayaan enkulturasi dilakukan oleh orang
tua atau orang yang dianggap lebih tua. Dalam proses ini, seorang individu
mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat,
sistem norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses
enkulturasi sudah dimulai sejak kecil, awalnya dari orang dalam lingkungan
keluarga lalu dari teman-teman bermain. Dengan demikian pada hakikatnya setiap
orang sejak kecil sampai tua, melakukan proses enkulturasi, mengingat manusia
sebagai mahluk yang dianugerahi kemampuan untuk berpikir dan bernalar sangat
memungkinkan untuk setiap waktu meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
psikomotornya.
Pengaruh enkulturasi terhadap perkembangan psikologi
individu sangatlah berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan internal
individu, seperti motivasi, sikapnya terhadap dirinya sendiri maupun terhadap
orang terdekatnya, proses perolehan keterampilan bertingkah laku, serta proses
penyesuain dan penerimaan diri berdasarkan latar belakang budayanya. Contohnya seorang
anak belajar mendisiplinkan dirinya sendiri melalui didikan orang tua mengenai
waktu belajar, waktu bermain, dan waktu istirahat. Atau seorang anak yang
diajarkan bagaimana caranya bersopan santun oleh orang tuanya.
·
Sosialisasi
Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses
dimana anggota masyarakat baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat dimana ia menjadi anggota. Maksudnya sosialisasi merupakan seluruh
proses apabila seorang individu dari masa kanak-kanak sampai dewasa berkembang,
berhubungan, mengenal dan menyesuaikan diri dengan individu-individu lain dalam
masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin, sosialisasi adalah proses yang
membawa individu dapat menjadi anggota yang fungsional dari suatu kelompok yang
bertingkah laku menurut standar-standar kelompok mengikuti kebiasaan-kebiasaan
kelompok tersebut atau norma kelompok. Proses sosialisasi dalam perkembangan
psikologi individu memberi pengaruh peranan-peranan individu dimana ia berada
maupun dimasyarakat luas. Dalam proses sosialisasi individu diajarkan untuk
menjalankan peranannya secara baik dan sesuai dengan standar.
Persamaan
Dan Perbedaan Antar Budaya Dalam Hal Transmisi Budaya Melalui Masa Perkembangan
Individu
·
Kesamaan
dan perbedaan transmisi budaya melalui enkulturasi dan sosialisasi antara lain
: Persamaan yang paling menonjol dari kedua proses transmisi tersebut adalah
pengenalan , pemahaman kebudayaan tertentu dimana prinsip dasarnya memberikan
informasi mengenai budaya suatu daerah terhadap budaya lain. Proses dimana kita
belajar dan menginternalisasi aturan dan pola perilaku yang dipengaruhi oleh
budaya Perbedaan antara kedua transmisi tersebut adalah proses menyesuaikan
diri terhadap budaya tersebut , dimana kita dituntut lebih dari sekedar
mengenal budaya tersebut , tapi lebih pada praktek kegiatan budayanya.
·
Kesamaan
dan perbedaan dalam hal transmisi budaya melalui masa remaja : Pada masa remaja
adalah masa transisi, dimana proses pencarian jati diri masih berlangsung.
Pemahaman kebudayaan remaja sangatlah penting namun transmisi budaya pada
remaja saat ini sangat sulit. Pemahaman tentang budaya itu sendiri dapat
dimengerti, namun untuk mempraktekan budaya itu sendiri kebanyakan remaja masih
kurang berminat. namun ada juga remaja yang peduli akan budaya, contoh: penari
daerah yang terus melestarikaan budayanya itu sendiri. Selain itu, mendominasi
pada pemikiran tentang kepribadian di budaya barat contohnya amerika serikat
misalnya aktualisasi diri, kesadaran diri, konsep diri, keyakinan diri,
penguatan diri, kritik diri, mementingkan diri sendiri, meragukan diri sendiri
(Lonner, 1988). Sedangkan perbedaannya yaitu dalam budaya bukan barat seperti
negara timur china, jepang dan inidia. Bersifat kolektivistik ketimbang
individualistik (Triandis, 1985, 1994).
·
Kesamaan
dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal konfromitas:
konformitas merupakan hasil interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan
manusia bermasyarakat yang akan memunculkan perilaku-perilaku kesepakatan
(conformitas) sebagai bentuk aturan bermain bersama. Hal ini menyangkut
perilaku kepatuhan. Kesamaan ketika manusia yang hidup bermasyarakat
mematuhi peraturan atau adat istiadat yang ada dilingkungan itu sendiri dan
bisa menempatkan dirinya sesuai tempatnya. Perbedaan: ketika manusia yang hidup
bermasyarakat itu tidak mau mengikuti peraturan yang ada dilingkungannya itu
sendiri dan orang itu pun bersifat sesukanya dan tidak memandang peraturan yang
berlaku dilingkungannya.
·
Kesamaan
dan perbedaan antar budaya dalam hal transmisi budaya dalam hal kognisi sosial:
Kognisi social adalah tata cara dimana kita menginterpretasi, menganalisa,
mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia social. Kognisi social dapat
terjadi secara otomatis. Kesamaan: sama-sama untuk mengetahui suatu informasi ,
dan biasanya langsung mencirikan bahwa orang itu dari daerah mana. Contonya,
saat kita melihat seseorang dari suatu ras tertentu (Cina, misalnya), kita
seringkali secara otomatis langsung berasumsi bahwa orang tersebut memiliki
ciri/sifat tertentu. Perbedaan: berbedaannya kalau kognisi sosial
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang
dunia social.
·
Persamaan
dan perbedaan antar budaya dalam hal perilaku gender: Gender merupakan hasil
konstruksi yang berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka
disosialisasikan dalam lingkungan mereka. Adanya perbedaan reproduksi dan
biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita
dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan
ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan
wanita. Faktor-faktor yang terlibat dalam memahami budaya dan gender tidak
statis dan unidimensional. Keseluruhan sistem itu dinamis dan saling
berhubungan dan menjadi umpan balik atau memperkuat sistem itu sendiri. Sebagai
akibatnya sistem ini bukan suatu unit yang linear dengan pengaruh yang
berlangsung dalam satu arah, dan semua ini diperoleh dalam kehidupan kita
sendiri. Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan memberikan hasil yang
berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan wanita,
namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian budaya
mendefinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan tanggung
jawab yang cocok bagi pria dan wanita.