RATIONAL EMOTIVE THERAPY
Menurut Mappiare (2010), dalam
Rational Emotive Therapy ini mementingkan berfikir rasional sebagai tujuan
terapeutik, menekankan modifikasi atau pengubahan keyakinan irasional yang
telah merusak berbagai konsekuensi emosional dan tingkah laku. Atau secara ringkasnya
seorang klien didukung untuk menggantikan ide-ide yang tidak rasional dengan
ide yang lebih rasional untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam
hidupnya.
Adapun tujuan utama Rational Emotive
Therapy ini adalah menghilangkan kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, dan
ketidakyakinan diri. Dan untuk mencapai perilaku yang rasional, kebahagiaan,
dan aktualisasi diri (Mappiare, 2010). Dalam konseling rational emotive,
seorang konselor harus menempatkan dirinya sebagai seorang pribadi yang lebih aktif
untuk menelusuri masalah yang dihadapi seorang klien.
Menurut
Ellis, terapi rasional emotif mendasarkan pada konsep bahwa berfikir dan
berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkan
pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang. Pandangan Ellis (1980) terhadap
konsep manusia adalah:
1.
Manusia
mengkonsisikan diri sendiri terhadap munculnya perasaan yang mengganggu
pribadinya.
2.
Kecenderungan
biologisnya sama halnya dengan kecenderungan kultural untuk berfikir salah dan
tidak ada gunanya, akibatnya mengecewakan diri sendiri.
3.
Kemanusiaannya
yang unik untuk menemukan dan menciptakan keyakinan yang salah, yang
mengganggu, sama halnya dengan kecenderungan mengecewakan dirinya sendiri
karena gangguan-gangguannya.
4.
Kemampuannya
yang luar biasa untuk mengubah proses-proses kognitif, emosi dan perilaku,
memungkinkan dapat:
1.
Memilih
reaksi yang berbeda dengan yang biasanya dilakukan.
2.
Menolak
mengecewakan diri sendiri terhadap hampir semua hal yang mungkin terjadi.
3.
Melatih
diri sendiri agar secara setengah otomatis mempertahankan gangguan sesedikit
mungkin sepanjang hidupnya.
Terapi
rasional emotif ini mempergunakan pendekatan langsung untuk ‘menyerang’ dan
menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak rasionaldan menggantinya dengan
pikiran yang rasional dan logis. Agar dapat melakukan ini, terapis perlu
mengetahui dunia pasien, mengetahui sikap dan perilakunya yang tidak rasional
dan bagaimana pasien melihat hal-hal tersebut.
Wade,
Carole dan Travis, Carol. (___). Psikologi. Erlangga:
Jakarta.
Gunarsa,
Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi.
Gunung Mulya: Jakarta.
____.
(1997). Buku Saku Psikiatri. Buku kedokteran EGC: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar