Selasa, 07 Mei 2013

BEHAVIORAL THERAPY


BEHAVIORAL THERAPY
Terapi perilaku merupakan suatu bentuk terapi yang mengaplikasikan prinsip-prinsip dari kondisioning klasik dan kondisioning operant untuk membantu orang-orang dalam mengubah perilaku merusak diri sendiri atau perilaku problematis.
Terapi behavior dan pengubahan perilaku atau pendekatan behavioristik dalam psikoterepi adalah salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang dewasa ini banyak dipergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya. Aliran ini pada mulanya tumbuh di Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson. Aliran ini memandang seseorang sebagai “seorang tumbuh menjadi seperti apa yang terbentuk oleh lingkungan”. Munculnya aliran ini berasal dari orientasi pemikiran Filsafat pada abad-abad yang lalu.
Didalam perkembangannya, terapi perilaku sebagai metode yang dipakai untuk menggubah perilaku atai dalam arti umumnya sebagai salah satu teknik psikoterapi, menurut Corey ada tiga tahap:
1.     Tahap kondisioning klasik dimana perilaku baru  dihasilkan dari individu secara pasif.
2.     Tahap kondisioning aktif (operant)diaman perubahan-perubahan dilingkungan terjadi akibat sesuatu perilaku, bisa berfungsi sebagai penguat (reinforcer) agar suatu perilaku bisa terus diperhatikan, sehingga kemungkinan perilaku tersebut akan diperhatika terus dan semakin diperkuat. Sebaliknya jika lingkungan tidak menghasilkan suatu penguat, harapan untuk memperlihatkan kembali perilakunya berkurang. Tokoh utama pada tahap kedua ini dalah Skinner.
3.     Tahap ketiga adalah atahap kognitif.

Tujuan terapi tingkah laku adalah untuk menghilangkan tingkah laku yang salah sesuai dan membentuk tingkah laku baru yang lebih sesuai. Menurut Eysenck (Dahlan, 1985) karakteristik terapi tingkah laku adalah
1)    Didasarkan pada teori yang dirumuskan secara tepat dalam konsisten yang mengarah pada kesimpulan yang dapat diuji.
2)   Didasarkan atas telaah eksperimental yang secara khusus untuk menguji teori-teori dan kesimpulan.
3)   Memandang symptom sebagai respon bersyarat yang tidak sesuai (maladaptive conditional reponses)
4)   Memandang symptom sebagai bukti adanya kekeliruan tingkah laku, ditentukan atas dasar perbedaan individu yang dibentuk atas dasar proses conditioning dan autonom sesuai lingkungannya masing-masing.
Behavior self-monitoring merupakan salah satu metode pada terapi perilaku untuk mencatat frekuensi dan konsekuensi dari perilaku yang ingin diubah.
Desensisasi sistematis merupakan proses bertahapdari desentisasiterhadap ketakutan klien pada suatu objek atau pengalaman, pada terapi perilaku desensitisasi sistematik didasarkan pada prosedur kondisioning klasik dalam melakukan counterconditioning.
Flooding pada terapi perilaku merupakan suatu bentuk terapi dimana klien dipertemukan dengan situasi yang membuatnya merasa panik, hingga rasa panik itu hilang.
Graduated exposure merupakan metose pada terapi perilaku dimana seseorang yang menderita duatu fobia atau serangan panik ditenangkan secara bertahap untuk menghadapi situasi yang ia takuti atau menghadapkannya pada ingatan trumatik, hingga ketakutannya hilang.
Wade, Carole & Travis, Carol. (2008). Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikotrapi. Jakarta: Gunung Mulya.

RATIONAL EMOTIVE THERAPY


RATIONAL EMOTIVE THERAPY

Rational Emotive Therapy adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri, menghindari pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan-kesalahan secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme, dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. Memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk merusak diri sendiri, menghindar dari memikirkan sesuatu , menunda-nunda, berulang-ulang melakukan kesalahan, dan lain-lain.
Menurut Mappiare (2010), dalam Rational Emotive Therapy ini mementingkan berfikir rasional sebagai tujuan terapeutik, menekankan modifikasi atau pengubahan keyakinan irasional yang telah merusak berbagai konsekuensi emosional dan tingkah laku. Atau secara ringkasnya seorang klien didukung untuk menggantikan ide-ide yang tidak rasional dengan ide yang lebih rasional untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam hidupnya.
Adapun tujuan utama Rational Emotive Therapy ini adalah menghilangkan kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, dan ketidakyakinan diri. Dan untuk mencapai perilaku yang rasional, kebahagiaan, dan aktualisasi diri (Mappiare, 2010). Dalam konseling rational emotive, seorang konselor harus menempatkan dirinya sebagai seorang pribadi yang lebih aktif untuk menelusuri masalah yang dihadapi seorang klien.
Menurut Ellis, terapi rasional emotif mendasarkan pada konsep bahwa berfikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang. Pandangan Ellis (1980) terhadap konsep manusia adalah:
1.     Manusia mengkonsisikan diri sendiri terhadap munculnya perasaan yang mengganggu pribadinya.
2.     Kecenderungan biologisnya sama halnya dengan kecenderungan kultural untuk berfikir salah dan tidak ada gunanya, akibatnya mengecewakan diri sendiri.
3.     Kemanusiaannya yang unik untuk menemukan dan menciptakan keyakinan yang salah, yang mengganggu, sama halnya dengan kecenderungan mengecewakan dirinya sendiri karena gangguan-gangguannya.
4.     Kemampuannya yang luar biasa untuk mengubah proses-proses kognitif, emosi dan perilaku, memungkinkan dapat:
1.     Memilih reaksi yang berbeda dengan yang biasanya dilakukan.
2.     Menolak mengecewakan diri sendiri terhadap hampir semua hal yang mungkin terjadi.
3.     Melatih diri sendiri agar secara setengah otomatis mempertahankan gangguan sesedikit mungkin sepanjang hidupnya.
Terapi rasional emotif ini mempergunakan pendekatan langsung untuk ‘menyerang’ dan menghilangkan pikiran-pikiran yang tidak rasionaldan menggantinya dengan pikiran yang rasional dan logis. Agar dapat melakukan ini, terapis perlu mengetahui dunia pasien, mengetahui sikap dan perilakunya yang tidak rasional dan bagaimana pasien melihat hal-hal tersebut.

Wade, Carole dan Travis, Carol. (___). Psikologi. Erlangga: Jakarta.
Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Gunung Mulya: Jakarta.
____. (1997). Buku Saku Psikiatri. Buku kedokteran EGC: Jakarta.